Senin, 17 Agustus 2009

GANGGUAN IDENTITAS GENDER DAN SEX

Perilaku Seksual Normal dan Abnormal
Konsep tentang normal dan abnormal dipengaruhi oleh factor social budaya, erilaku seksual dianggap normal apabila sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan dianggap abnormal apabila menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat.

Gangguan Identitas Gender
Gangguan identitas gender adalah perasaan gelisah yang dimiliki seseorang terhadap jenis kelamin biologisnya sendiri atau peran jenis seks kelaminnya sendiri.
Identitas jenis kelamin (gender identity) : keadaan psikologis yang mencerminkan perasaan dalam (inner sense). Didasarkan pada sikap, perilaku, atribut lainnya yang ditentukan secara kultural dan berhubungan dengan maskulinitas atau femininitas.
Peran jenis kelamin (gender role) : pola perilaku eksternal yang mencerminkan perasaan dalam (inner sense) dari identitas kelamin. Peran gender berkaitan dengan pernyataan masyarakat tentang citra maskulin atau feminim.

Criteria diagnostic gangguan identitas gender :
Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap gender lain :
Berkeinginan kuat menjadi anggota gender lawan jenisnya (berkeyakinan bahwa ia memiliki identitas gender lawan jenisnnya)
Memilih memakai baju sesuai dengan stereotip gender lawan jenisnya
Berfantasi menjadi gender lawan jenisnya atau melakukan permainan yang dianggap sebagai permainan gender lawan jenisnya
Mempunyai keinginan berpartisipasi dalam aktivitas permainan yang sesuai dengan stereotip lawan jenisnya
Keinginan kuat mempunyai teman bermain dari gender lawan jenis (dimana biasanya pada usia anak – anak lebih tertarik untuk mempunyai teman bermain dari gender yang sama)
Pada remaja dan orang dewasa dapat diidentifikasikan bahwa mereka berharap menjadi sosok lawan jenisnya, berharap untuk bisa hidup sebagai anggota dari gender lawan jenisnya.
Perasaan yang kuat dan menetap ketidaknyamanan pada gender anatominya sendiri atau tingkah lakunya yang sesuai stereotip gendernya.
Tidak terdapat kondisi interseks
Menyebabkan kecemasan yang serius atau mempengaruhi pekerjaan atau sosialisasi atau yang lainnya

Gangguan identitas gender dapat berakhir pada remaja ketika anak – anak mulai dapat menerima identitas gender. Tetapi juga dapat terus berlangsung sampai remaja bahkan hingga dewasa sehingga mungkin menjadi gay atau lesbian.

Ganti kelamin
Sebelumtindakan operasi kelamin ada beberapa hal yang harus diperhatikan individu. Ada beberapa tahap yang harus dialaui sebelum tindakan operasi kelamin dilakukan. Tahap – tahap tersebut adalah :
evaluasi
memastikan kemantapan dalam mengambil keputusan. Jika terdapat delusi paranoid dalam memutuskan mengganti kelamin, maka ahli bedah harus menolak permintaanya
terapi hormon
orang yang ingin merubah dari pria menjadi wanita, estrogennya ditingkatkan untuk menumbuhkan karakteristik alat kelamin sekunder wanita. Sedangkan pada wanita yang ingin menjadi pria, hormon androgennya ditingkatkan untuk mengembangkan karakteristik alat kelamin sekunder pria.
sebelum perasi diwajibkan hidup selama satu tahun sebagai orang dari gender lawan jenisnya untuk memprediksi penyesuaian setelah operasi
untuk orang yan mengganti kelamin dari pria menjadi wanita, penis dan testis dibuang. Kemudia jaringan dari penis digunakan untuk membuat vagina buatan. Jika dari wanita menjadi pria, ahli bedah membuang oragan kelamin internal dan meratakan payudaranya dengan membuang jaringan lemak.

Faktor – faktor penyebab :
teori belajar menekankan tidak adanya figur seorang ayah pada kasus anak laki – laki menyebabkan ia tidak mendapatkan model seorang pria
teori psikodinamika dan teori belajar lainnya menjelaskan bahwa orang dengan gangguan identitas gender tidak dipengaruhi tipe sejarah keluarganya
faktor keluarga mungkin hanya berperan dalam mengkombinasikan dengan kecenderungan biologisnya. Orang yang mengalami gangguan identitas gender sering memperlihatkan gender yang berlawanan dilihat dari pemilihan alat bermainnya dan pakaian pada masa anak – anak
hormon pernatal yang tidak seimbang juga mempengaruhi. Pikiran tentang maskulin dan feminine dipengaruhi oleh hormone seks fase – fase tertentu dalam perkembangan prenatal.

Paraphilia
Merupakan gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus dan sedakan praktek yang kuat, berulang kali dan menakutkan bagi seseorang. Pelaku menunjukkan rangsangan seksual dalam respon stimulus yang tidak biasa atau ganjil. Perilaku paraphilia disembunyikan oleh pelaku, menyakiti orang lain, merusak kemungkinan ikatan antara orang – orang. Pada beberapa orang rangsangan paraphilia bersifat sementara selama periode konflik atau stres.

Exhibisionisme
Dorongan yang kuat untuk menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain, dengan tujuan mengagetkan, mengejutkan atau membangkitkan dorongan seksualnya sendiri. Hampir semua kasus ini terjadi pada pria. Orang yang didiagnosa mengalami exhibisionisme pada dasarnya tidak ada keinginan untuk melakukan hubungan langsung dengan korban. Beberapa penelitian menunjukkan exhibisioninme sebagai salah satu maksud ekspresi permusuhan secara tidak langsung kepada wanita. Laki – laki penderita exhibisionisme cenderung malu, bergantung, kurang bersosialisasi, enggan bergaul, dan kurang pengetahuan seks.

Fetishisme
Dalam kasus ini kekuatan magis dianggap mempunyai kemampuan untuk membangkitkan gairah seksual. Gejala fetishisme adalah kambuhan, dorongan seksual tinggi dan membangkitkan fantasi yang melibatkan objek benda mati. Misalnya pakaian dalam. Mereka sering mengalami kepuasan seks dengan melakukan masturbasi saat menemukan objek, menggosokkan dan menciumnya saat melakukan aktivitas seks.

Transvestic Fetishisme
Desakan yang kuat berulang dan berhubungan dengan fantasi melibatkan cross-dressing untuk tujuan pemenuhan seksual. Orang dengan kelainan fetishisme dapat puas hanya dengan menyentuh objek seperti pakaian dalam wanita saat masturbasi, sedangkan orang trasvestic fetishisme ingin memakai baju tersebut. Pada pria gay dan pria dengan kelainan identitas gender ditunjukkan untuk alas an lain bukan sekedar pemuasan seksual sehingga hal tersebut bukanlah bentuk dari trasvestic fetishisme. Menurut penelitian, trasvestic fetishisme hanya terjadi pada pria heteroseksual.

Voyeurism
Kepuasaan sekaul sengan diam – diam melihat orang lain telanjang atau melakukan senggama melalui lubang kunci atau lubang angin. Tujuan dari melihat ini adalah untuk mencapai rangsangan seksual. Orang yang mengalami voyeurism biasanya tidak mencari aktivitas seksual dengan orang lain selama observasi. Selama tindakan voyeurism biasanya masturbasi sambil melihat atau sambil berfantasi.

Frotteurisme
Desakan seksual yang kuat, berulang dan berhubungan dengan fantasi yang dilakukan dengan menggosok – gosokkan atau menyentuh orang lain tanpa ijin. Biasanya terjadi di tempat umum yang padat.

Pedophilia
Desakan seksual yang kuat, berulang, dan berhubungan dengan fantasi yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak – anak pra puber. Sumber pedophilia adalah stereotip yang lemah, pemalu, tidak bersosialisasi. Pria merasa lebih puas melakukan dengan anak – anak karena tidak mengkritik dan meminta. Beberapa orang pedophilia membatasi aktifitasnya dengan memandang atau melepas baju anak – anak, sedangkan lainnya melibatkan dirinya pada exhibisionisme, berciuman, bercinta, seks oral atau seks anal. Untuk diagnosa pedophilia paling tidak berusia 5 tahun lebih tua dari korbannnya.

Seksual Masochisme
Individu memperoleh kepuasan seksual lewat kesakitan pada diri sendiri. Seksual masochisme melibatkan desakan yang berulang dan berhubungan dengan fantasi yang berkaitan dengan tindakan seksual penghinaan, pemukulan, dan penyiksaan. Orang yang mengalami seksual masochisme tidak dapat mencapai kepuasaan seksual jika tidak ada rasa sakit atau penyiksaan. Tindakan masochisme yang paling berbahaya adalah hypoxyphilia, yaitu dimana orang tersebut terpuaskan dengan cara mengurangi oksigen atau memberikan tekanan di bawah dada saat melakukan aktifitas seksualnya.

Seksual Sadisme
Desakan seksual yang berulang dan behubungan dengan fantasi untuk berhubungan intim dengan memberikan kekerasan fisik atau penghinaan pada orang lain. Mereka mungkin mencari pasangan yang setuju seperti pada istrinya atau pelacur.

Paraphilia Lainnya
Telephone scatologia (berbuat cabul di telepon), necrophilia (fantasi atau desakan seksual dengan mayat), partialisme (terfokus pada bagian tubuh), zoophilia (desakan seksual atau kontak seksual dengan binatang).

Pandangan Teoritis
Teori psikodinamika
Banyak paraphilia sebagai pertahanan melawan kecemasan dari periode oedipus. Pria yang terjangkit paraphilia menghindari kecemasan paraphilia dengan merubah rangsangan seksual menjadi kegiatan – kegiatan yang aman.

Teori belajar
Paraphilia sebagai bagian dari pembelajaran, pengkondisian, atau observasi. Beberapa objek atau aktivitas yang tidak sengaja dihubungkan dengan rangsangan seksual yang selanjutnya bermanfaat untuk menimbulkan rangsangan seksual. Gangguan yang menyebabkan paraphilia mungkin juga melibatkan aspek biologis, psikologis, dan faktor sosial budaya. Model multifaktor yang mengakibatkan perkembangan paraphilia pada masa anak – anak, disarankan bahwa masa anak – anak sebaiknya memiliki pola tertentu atau love map yang dapat, menjadi program software di otak yang menerjemahkan bentuk – bentuk rangsang dan perilaku – perilaku yang menjadi rangsangan seksual seseorang.

Perawatan Paraphilia
Tokoh psikodinamika yang mencoba memecahkan masalah oedipus complex pada anak – anak dengan cara menyadarkan pada kepribadian orang dewasa.
Beberapa ahli terapi perilaku menggunakan kondisi keengganan (aversive) untuk menimbulkan reaksi emosional negatif pada stimulus perangsang paraphilia atau fantasi – fantasi.

Gangguan seks meliputi masalah – masalah dengan minat seks, rangsangan seks, atau reaksinya. Gangguan psikologis terjadi karena adanya sumber kesulitan hubungan antara seseorang dengan pasangan seksnya. Gangguan fungsi seksual melibatkan awal dan akhir dari alur respon seksual. Fase – fase tersebut adalah :
1. appetitive phase
meliputi fantasi dan gairah seks yang ikut serta dalam aktivitas seks
2. excitement phase
perubahan fisik dan perasaan nikmat yang terjadi selama proses perangsangan seks. Terjadi peningkatan denyut jantung, interval pernafasan, dan tekanan darah. Perangsangan seks meliputi dua reflek seksual yang penting, yaitu ereksi pada laki – laki dan perminyakan vagina pada wanita, selain itu payudara membengkak dan puting susu menjadi tegang
3. orgasm phase
saat ketegangan seks mencapai puncak dan dilepaskan maka terjadi kontraksi panggul dan perut yang disertai perasaan nikmat. Pada fase ini ereksi dan perminyakan merupakan reflek. Orang – orang dapat menata tingkatan untuk orgasme dengan menerima stimulasi seks yang cukup dan memiliki sikap menerima terhadap kenikmatan seks
4. resolution phase
relaksasi dan kepuasaan terjadi pada fase ini. Selama fase ini, secara psikologis pria tidak mampu lagi mencapai ereksi dan orgasme selama sebuah periode, namun wanita masih dapat mempertahankan kenikmatan seksualnya dengan melanjutkan rengsangan.

Gangguan Fungsi Seks
1. sexual desire disorder (gangguan gairah seksual)
Meliputi gangguan gairah seks hipoaktif dan gangguan seks aversif. Gangguan gairah seks hipoaktif dicirikan dengan tidak adanya atau kurangnya minat dan gairah seks.
2. sexual arousal disorder (gangguan rangsangan seksual)
Meliputi ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan respon – respon psikologisnya yang meliputi rangsangan atau kenikmatan seks (peminyakan vagina pada wanita atau ereksi pada pria) yang diperlukan untuk melengkapi aktivitas seksual.
3. gangguan orgasme
Gangguan orgasme mengacu pada penundaan secara terus – menerus dalam kenikmatan seksual, meliputi :
gangguan orgasme pada wanita
gangguan orgasme pada pria
ejakulasi dini, yaitu ejakulasi dengan sistem seksual yang minimal terjadi pada saat penetrasi tetapi sebelum pria menginginkannya
4. gangguan nyeri seksual
Dyspareunia dikaitkan dengan rasa sakit yang menetap dan berulang pada daerah genital pada saat melakukan hubungan seksual dan bukan disebabkan kurangnya lubrikasi vagina. Vaginismus adalah kejang otot di sekitar vagina ketika penetrasi vagina sehingga intercouse tidak mungkin dilakukan. Adanya gangguan ini membuat individu mencari kepuasan dengan hubungan yang tidak melibatkan penetrasi (stimulasi manual maupun oral).

Sudut Pandang Teoritis
Pada umumnya gangguan psikologis disfungsi seksual melibatkan faktor biologis, psikologis, dan faktor lainnya.
sudut pandang biologis
faktor biologis merupakan peranan penting dalam disfungsi. Produksi testosteron yang kurang dari aktivitas tiroid yang berlebihan / kurang dapat merusak aktivitas daerah seksual. Diabetes menyebabkan rusaknya respon seksual pada wanita karena lubrikasi vagina berkurang. Faktor biologis berkaitan dengan faktor psikologis dalam perkembangan masalah yang menetap karena :
kurangnya perhatian pada kedua pasangan dan menyebabkan kecemasan yang mempengaruhi respon seksual normal
kegagalan dapat memperkuat kesangsian yang akan menimbulkan kecemasan yang berlebihan
sudut pandang psikodinamika
berdasarkan pada anggapan konflik pada fase falik. Seksualitas yang matang dipercaya akan memperoleh kesuksesan pada electra dan oedipus complex. Gangguan orgasme secara tidak sadar mengurangi rasa bersalah dan ketakutannya. Ejakulasi yang cepat mengandung tujuan yang tidak disadari yaitu kebencian dan penolakan terhadap kenikmatan seksual.
sudut pandang belajar
berfokus pada peran kecemasan yang terkondisi dalam pperkembangan disfungsi seksual. Pengalaman buruk secara fisiologis diasosiasikan dengan aktivitas yang menyebabkan seseorang merespon pada menyatunya seksual dengan kecemasan, untuk menetralkan kecemasan seksual dengan penampilan.
Sexual abuse / pelecehan seksual atau pemerkosaan pada kasus – kasus ganggan seksual arousal yakni gangguan orgasme dan vaginismus. Gangguan ini dapat disebabkan oleh trauma masa kanak – kanak akan kesulitan merespon ketika membina hubungan intim. Akibat perasaan tidak berdaya, kemarahan yang tidak terselesaikan, salah menempatkan rasa bersalah, dsb.
Cara mempelajari tentang respon seksual melalui eksplorasi diri (seperti masturbasi) dengan membaca tentang teknik – teknik seksual, melalui pembicaraan film seks atau kaset video karena perasaan bersalahnya atau tentang seks masa kecil dapat menghilangkan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan seksual anak akibat larangan keras dari orang tua dan keluarga.

Terapi Seksual
Terapi seks menggunakan variasi yang relatif kecil seperti teknik perilaku kognitif yang terpusat pada penambahan pengharapan diri yang kuat, memperbaiki kemampuan pasangan untuk berkomunikasi, memelihara kecakapan seksual (pengetahuan dan keterampilan seksual) dan mengurangi perasaan cemas. Terapis juga berusaha membantu pasangan bermasalah untuk keluar dari problem hubungan seksual. Beberapa teknik terapi seks untuk perawatan disfungsi seksual :
gangguan hasrat seksual dengan membangkitkan hasrat dasar seks, kemudian membangkitkan nafsu seks dengan menggunakan rangsang sendiri atau masturbasi dan latihan bersama pasangannya dengan fantasi erotis
gangguan rangsangan dengan cara ketika seseorang dengan pasangan melakukan hubungan seks diusahakan dalam kondisi tidak tertekan agar tidak mengganggu rangsangan
kegagalan orgasme dengan program masturbasi dan dengan cara menggunakan latihan yang terpusat pada perasaan untuk mengobati ejakulasi dini. Latihan ini menggunakan dua teknik, yaitu :
teknik menekan (squeeze technique), ketika pasangan siap melakukan aktivitas seksual, pria secara berangsur belajar memperpanjang hubungan seksual tanpa ejakulasi
teknik stop – start / teknik stop and go, pria dan pasangannya menghentikan aktivitas seksual ketika pria akan berejakulasi dan melanjutkan apabila hasrat seksual mulai reda
terkadang kegagalan orgasme juga diobati dengan obat anti depresi yang membantu menunda ejakulasi didni
vaginismus yaitu menyempitnya liang vagina secara tidak sengaja. Ini bisa diatasi dengan menggunakan antara teknik relaksasi dan penggunaan batang yang dimasukkan dalam vagina yang diatur sendiri penempatannya oleh wanita tersebut
dyspareunia yaitu ketidakmampuan melakukan hubungan seksual disebabkan kondisi kesehatan, perawatannya dengan memecahkan kondisi kejiwaan atau kesehatan yang memberi reaksi terhadap rasa sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar