Senin, 17 Agustus 2009

ASSESMENT PSIKOLOGI

ASSESMEN PSIKOLOGI KLINIS

Menurut Mc. Reynold, 1975, assesmen ini pada dasarnya adalah usaha untuk mengukur individu dengan cara kembali ke belakang..
Menurut Kendall, 1982, assesmen klinis merupakan proses pengumpulan. informasi mengenai klien atau subyek untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai seseorang.
Dalam proses assesmen ini, klinikus memilih metode assesmen dan melaksanakan, memeriksa serta menafsir informasi yang telah dihasilkan.

GAMBARAN UMUMA. Alasan Assesmen
Alasan assesmen secara umum yang terdiri atas tiga maksud sebagai berikut:
1. Penyaringan dan diagnosis
2. Evaluasi dan intervensi klinis
3. Riset
Assesmen klinis adalah menyajikan kepada seseorang, informasi mengenai dirinya sendiri, sehingga membuat keputusan bagi diri mereka sendiri.

B. Sasaran Assesmen
Kemungkinan sasaran atau target yang akan diusahakan psikolog klinis, ia dapat memusatkan perhatian terhadap:

1. Disfungsi (psikologis), individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran, emosi atau tindakannya.
2. Kekuatan klien, dalam hal kemampuan, ketrampilan atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi.
3. Kepribadian subyek. Dalam hal ini bisa jadi ia akan menyelenggarakan tes, observasi dan interview untuk membantu menemukan kebutuhan, motivasi. pertahanan dan pola perilaku subyek.


C. Metode Assesmen
Psikolog klinis akan menggunakan satu ataupun kombinasi beragam metode assesmen yang meliputi wawancara, tes tulis terstuktur, tes tak terstruktur dan assesmen perilaku.
1. Wawancara
Dalam wawancara klinis pertama-tama adalah vokal, tetapi harus waspada mengenai pesan non verbalnya (seperti postur, gestur. dan ekspresi wajah).
Goldenberg, 1983, mengemukakan adanya empat tujuan umum wawancara klinis, ialah 1) memperoleh informasi tentang diri klien dan yang bersangkutan dengan hal itu, 2) memberikan informasi sepanjang dianggap perlu dan sesuai dengan tujuan wawancara, 3) memeriksa kondisi psikologis atau memberikan diagnosis klien dan 4) mempengaruhi, mengubah dan memodifikasi perilaku klien. Wawancara dengan dua tujuan terakhir disebut wawancara assesmen dan wawancara terapeutik.
Terdapat beberapa jenis wawancara, antara lain:
a. Wawancara mengenai status mental
b. Wawancara sosial-kfittis
c. Wawancara yang difraksikan
d. Wawancara terstruktur

2. Tes Terstruktur
Tes ini meminta subvek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, ya atau tidak, dan maknanya uniform. Yang penting adalah memiliki reliabilitas dan validitas yang memadai dalam hal alat tesnya.. dan tendapat keseragaman dalam pelaksanaan tes maupun kejelasan subjek pengetesan atau biasa disebut testee.
3. Tes Tak Terstruktur,
Thematic Apperception Test (TAT) atau Rorschach Inkblot-test. Disebut tak terstruktur karena stimulus tesnya tidak membutuhkan jawaban yang ditentukan secara tegas dan jelas. Faktor pribadi testee sangat menentukan.

4. Assesmen-assesmen Keperilakuan (Behavioral Assessments)
Observasi ini dimaksudkan untuk: 1)mendapatkan informasi yang tidak diperoleh wawancara, 2) mengevaluasi ketepatan komunikasi verbal klien dan konsistensinya dengan komunikasi non-verbal dan 3) membuat kesimpulan' mengenai keadaan dalam, perasaan dan motivasi yang perlu mendapat perhatian khusus yang melahirkan perilaku klien.
5. Kunjungan Rumah
Memahami kehidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien (relasi antar anggota keluarga dan perannya),
Terdapat enam keuntungan dari kunjungan rumah ini: 1) fungsi keseluruhan keluarga terlihat sebagaimana adanya, 2) setiap anggota keluarga lebih berpeluang untuk melaksanakan peran sehari harinya, 3) terdapat lebih sedikit kemungkinan untuk tidak hadirnya anggota keluarga dalam sesi terapi, 4) terdapat peluang untuk melihat seluruh keluarga dalam permasalahan, bukan hanya pada seseorang anggota saja, 5) terdapat kemungkinan untuk tidak merasa,cemas dalam lingkungan keluarga, sehingga lebih terbuka dan minimalnya perilaku dibuat-buat, dan 6) terapi yang berlaku terbebas dari hubungan formal dokter-pasien.
6. Catatan Kehidupan
Psikolog sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini. Catatan kehidupan ini bisa dalam bentuk buku harian yang berisikan catatan peristiwa kehidupan dan kesan-kesan pribadi yang diasumsikan membangun gambaran ini.
7. Dokumen Pribadi.
Bagi klinikus, adalah proyeksi yang dapat ditafsirkan Seperti dalam interview, yang diperlukan adalah keterampilan psikolog untuk menganalisis dan menafsirkannya.

8. Pemfungsian Psikofisiologis
Dalam gangguan psikofisiologis (gangguan psikosomatis) tercatat hampir semua organ tubuh dapat terganggu fungsinya oleh kondisi psikologis tertentu.

Tahap-Tahap dalam Proses Assesmen

Sundberg dan Tyler me njelaskan assesmen klinis dalam 4 proses besar, yaitu : Persiapan : dengan mempelajari masalah pasien, merundingkan penyerahan pertanyaan-pertanyaan dan merencanakan langkah-langkah yang lebih lanjut dalam assesmen.
Input : semua data tentang pasien dan situasinya yang dikumpulkan.
Ada 4 cara untuk mendapatkan informasi tentang seseorang, yaitu :
a. Tanya kepada orang itu sendiri Wawancara melibatkan memasukkan pertanyaan kepada klien yang mana isi mau dan bisa memberikan balasan langsung.
b. Tanya seseorang yang mengetahui orang tersebut
Teman, sahabat, keluarga, kekasih, guru, rekan kerja atau orang lain yang mengetahui informasi penting tentang seseorang dalam berbagai keadaan adalah sumber yang penting untuk mendapatkan informasi.
c. Amati individu ketika berperilaku secara normal
Untuk mendapatkan pengertian seluruhnya, pengamatan langsung serang klien dalam situasi kehidupan yang kritis akan menjadi layak namun dalam beberapa kemungkinan hal itu tidak bisa didapat:
d. Observasi individu tersebut berdasarkan tes yang distandarisasi
Apapun batasnya, berbagai tes standar masih merupakan instrumen utama pengukuran yang dilakukan klinisi sebaik psikolog lainnya. Tes ini mewakili kontribusi unik dan psikolog, baik sebagai peneliti behavioris maupun praktek studi klinis.
Proses : pengumpulan materi dengan terorganisasi, analisis dan interpretasi.
Output : hasil belajar dan orang yang mengkomunikasikannya dan keputusan sebagai tindakan klinis yang lebih lanjut.
ASPEK INTELEKTUAL

A. Definisi Inteligensi
Pengertian inteligensi menurut Wechsler, merupakan pembangkit atau kapasitas global individu untuk bertindak bertujuan, berpikir rasional dan berhubungan efektif dengan lingkungannya.
Menurut Rudolf Amathauer inteligensi adalah suatu struktur khusus dalam keseluruhan kepribadian seseorang, suatu kebutuhan yang berstruktur yang terdiri alas kemampuan jiwa-mental dan diungkapkan melalui prestasi, serta memberikan kemampuan kepada individu untuk bertindak.
Sumber inteligensi adalah genetika, lingkungan dan genetika-lingkungan. Yang dimaksud dengan genetika lingkungan adalah sintesis dari lingkungan dan genetic, ialah landasan inteligensi yang terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan.
Berikut ini beberapa alat tes inteligensia yang umum di pakai :
1. Stanford-Binet Intelligence Scale.
2. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
Subtes performance, terdiri atas:
1). Digit Symbol (mengukur deksteriti visual-motor dan koordinasi motor halus, juga digunakan untuk mengindikasikan. taraf persistensi subyek dalam sticking atas tugas-tugas tidak menarik).
2). Picture Completion (mengukur diskriminasi visual, konsentrasi dan reasoning).
3). Block Design (mengukur nonverbal reasoning, kecepatan berprestasi dan koordinasi visual motor).
4). Picture Arrangement (mengukur kemampuan subyek untuk menggunakan persepsi visual yang akurat, melihat ke depan, merencanakan dan menafsirkan situasi sosial).
5). Object Assembly (mengukur analisis visual, kemampuan menyusun secara sederhana, kemampuan untuk menangani hubungan bagian-keseluruhan). Subtes ini melihat koordinasi visual motor lebih aktif daripada yang diukur Picture Arrangement.

B. WAIS/WBIS dalam Setting Klinis (Wiryawan)
Tes inteligensi yang bersifat khas karena individual (WAIS/WBIS) ditinjau dari setting klinis. meliputi pengukuran keterampilan verbal, dan pengukuran keterampilan tindakan (performance).

ASPEK KEPRIBADIAN
Assesmen kepribadian merupakan istilah yang umum dalam upaya untuk menemukan pola perilaku dan pola pikiran atau penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Dalam assesmen kepribadian pada dasarnya terdapat pembagian .menjadi projective assessment dan objective assessment.

A. Projective Assessment
Menurut Lindzey, teknik projective merupakan alat yang dianggap memiliki sensitivitas yang khusus untuk aspek perilaku yang tertutup, dan tak sadar, memungkinkan atau menggali varietas respon subyek yang luas, sangat multidimensional, dan menggali data respon yang kaya atau sangat kaya dan bersenyawa dengan kesadaran subyek yang minimum menyangkut tujuan dari tes.

Lindzey membagi alat tes proyektif yaitu :
Ø Asosiasi, ialah meminta subyek untuk mengasosiasikan atau menjawab stimulus yang diberikan pemerkasa, misalnya tes Rorscahch atau asosiasi kata. .
Ø Konstruksi Tes meminta subyek untuk membangun atau menciptakan cerita gambar. Tes konstruksi merupakan aktivitas kognitif yang lebih rumit daripada teknik asosiasi. Thematic Aperception Test merupakan salah satu contohnya. Dengan teknik penyempurnaan, dimaksudkan bahwa material tes merupakan sesuatu yang belum lengkap.
Ø Melengkapi. Cara melengkapinya diserahkan pada subyek. Sebagai misal adalah tes Picture Completion dan Warteg atau Sentence Completion Test dari Sullivan dan Murray.
Ø Memilih atau membuat peringkat
Ø Ekspresi. Contoh alat ukur proyektif yang ekspresif Bermain, menggambar, melukis, dan psikodrama dapat.

B. Objective Assessment

Pendekatan obyektif assesmen kepribadian merupakan usaha yang secara ilmiah berusaha menggambarkan karakteristik atau sifat-sifat individu atau kelompok sebagai alat untuk memprediksi perilaku. Menurut Butcher, 1971. ada tiga perbedaan mendasar antara assesmen proyektif dan assesmen obyektif. Pertama, assesmen proyektif menaruh perhatian kepada dinamika intrafisik sementara assesmen obyektif mencari deskripsi sifat. Yang dimaksud dengan deskripsi sifat ialah deskripsi kebiasaan seseorang atau gaya karakteristik.
Kedua tes proyektif bersifat samar-samar dan memiliki kebebasan untuk menjawab, sementara tes obyektif memiliki stimuli yang dirancang secara jelas dan meminta jawaban-jawaban yang terbatas.
Ketiga, isi respon tes proyektif secara tipikal ditafsir tiap orang tanpa referensi norms. Skor tes obyektif membandingkan hasil seseorang dengan orang-orang lainnya. Oleh karena itu, standarisasi sangat penting dalam tes obyektif. Secara singkat, assesmen obyektif merupakan pendekaan yang terstruktur, ilmiah, danzon subyektif dalam deskripsi individual.
Yang paling terkenal dalam pemakaian klinis, terutama di kalangan psikiatri, adalah Minnesota Multiphasic Personality Inventori (MMPI), California Psychological Inventori (CPI), dan Sixteen Personaliy Factor Questionnair (16 PF).



1. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Inventori ini dikembangkan oleh Hathaway dan McKinley, pada tahun 1942, dan terdiri dar 550 butir pernyataan yang dapat dijawab betul, salah, atau tidak dapat mengatakannya. Skor akan menggambarkan 4 skala validitas dan 10 skala klinis. Skor kemudian dikonversikan ke dalam T score dan ditempatkan pada profil MMPI. Skor T merupakan skor paling standar. Skor T 50 merupakan rata-rata untuk subyek populasi umum. Secara tipikal. berlandaskan distribusi normal skor T ini, 68.7 % pengisi tes akan mendapatkan skor T antara 40 dan 60. tidak ada makna klinis berhubungan dengan angka-angka dalam rentang rata-rata ini. Hanya 16 % skor yang lebih tinggi atau rendah dari skor T 60, dan skor lebih besar dari 60 yang termasuk 2 % normal. Skor ini sangat jarang mengindikasikan bahwa subyek menyimpang dari rata-rata.

2. California Psychological Inventory (CPI)
Inventor ini merupakan tes dengan 480 butir pertanyaan, yang terdiri dari 18 skala. Sedikit berbeda dengan MMPI, CPI mengandung pernyataan­pernyataan yang berisikan pola perilaku dan perasaan, pendapat dan sikap sosial subyek mengenai etika sosial serta masalah keluarga. CPI terutama digunakan sebagai subyek yang tidak terganggu, normal dan lebih menampilkan karakter kepribadian daripada deskripsi diagnostik. Dengan demikian, CPI lebih bermanfaat untuk mendapatkan pemahaman subyek sebagai suatu pribadi dan kurang bermanfaat untuk menampilkan diagnosis.

ASPEK NEUROPSIKOLOGI
Assesmen neuropsikologis melibatkan pengukuran tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan atau kekurangan dalam fungsi otak. Terdapat tiga kegiatan psikolog klinis dalam assesmen neuropsikologis, yaitu menyangkut fokus perhatian dalam assesmen ini, banyak tes neuropsikologis utama, dan bukti-bukti riset yang menyangkut reliabilitas dan validitas tes untuk assesmen neuropsikologis.

HASIL DISKUSI

Perbedaan dokumen pribadi dengan catatan kehidupan ?
a. catatan kehidupan dapat dibuat oleh diri sendiri maupun orang lain. Biasanya berbentuk catatan harian dan tidak melibatkan perasaan dan emosi di dalamnya, lebih menekankan pada apa yang dia lakukan.
b. Dokumen pribadi meliputi barang-barang yang dia buat sendiri yang memilki makna yang mendalam bagi dia. Dapat menggambarkan situasi psikis dan mental karena didalamnya terlibat perasaan dan emosi.

Apa perbedaan antara tes terstruktur dan tes tidak terstruktur ?
a. tes struktur sesuai dengan aturan dan tidak dapat diubah-ubah, sifatnya saklek (kaku). Yang diutamakan adalah reliabilitas dan validitas dalam tes tersebut.
b. Tes tidak terstruktur bersifat lebih jujur karena dapat fleksibel dan adanya keleluasaan dalam menjawab pertanyaan tes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar