Senin, 17 Agustus 2009

BLOK AV DERAJAT II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Blok atrioventrikular disebabkan oleh gangguan pada beberapa bagian sistem konduksi AV. Sinus-denyut awal diperlambat atau secara lenghkap dibkol dari pengaktivasi ventrikel. Blok dapat terjadi pada tingkat nodus AV, berkas His, atau cabang berkas karena sistem konduksi AV terdiri dari semua struktur ini. Pada blok AV derajat pertama dan kedua , blok ini tidak komplit dimana beberapa atau semua impuls akhirnuya dikonduksi ke ventrikel. Pada blok AV derajat tiga atau blok jantung komplit, tidak ada sinus impuls yang dikonduksi.
1. Blok AV Derajat Pertama
Pada Blok AV derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls akhirnya dkonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan hubungan 1 : 1. interval PR konstan tetapi durasi melebihi diatas batas 0,2 detik.
2. Blok AV Derajat Kedua Mobitz I (Wenckebach)
Tipe yang kedua, Blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya. Pada gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai komplek QRS tidak dikonduksi. Komplek QRS mempunyai bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-turut memendek sampai terjadi penurunan denyut.
3. Blok AV Derajat Dua Mobitz II
Blok AV tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikonduksikan saat blok terjadi. Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau bahkan 4 : 1. karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP teratur. Seringkali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai sehingga QRS akan melebar.
4. Blok AV Derajat Ketiga (Komplit)
Pada Blok jantung komplit atau derajat ketiga, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal, tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-sel pacu jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut / menit) atau pada ventrikel (frekuensi 20-40 denyut / menit), tergantung pada tingkat blok AV.
Pada gambaran EKG gelombang P dan komplek QRS ada tetapi tidak ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS yang lebar.

ETIOLOGI
1. Blok AV derajat Pertama
Pada blok AV tipe pertama terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang memanjang dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, β bloker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi dan lesi kongenital.
2. Blok AV derajat Kdua Mobitz I (Wenckebach)
Blok Wenckebach atau Mobitz I biasanya dihubungkan dengan blok diatas berkas His. Demkian juga beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV, seperti digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan blok derajat kedua tipe ini.



3. Blok AV derajat Kedua Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok dibawah berkas His. Ini terlihat pada infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
4. Blok AV derajat Ketiga (Komplit)
Penyebab dari tipe terakhir ini sama dengan penyebab pada blok AV dengan derajat yang lebih kecil.
Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ada berbagai keadaan yang dapatmenurunkan konduksi impuls melalui berkas AV atau yang sama sekali memblok adalah :
a. Iskemia nodus AV atau serat-serat berkas AV seringkali memperlambat atau menghambat konduksi dari atrium ke ventrikel. Insufisiensi koroner dapat menyebabkan iskemia nodus AV dan juga berkas His dengan cara yang sama, sehingga dapat menyebabkan iskemia miocardium
b. Kompresi berkas AV oleh jaringan parut atau oleh bagian jantung yang mengalami perkapuran dapat menekan atau memblok konduksi dari atrium ke ventrikel
c. Imflamasi nodus AV atau berkas AV dapat menekan konduktifitas antara atrium dan ventrikel

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
1. Patofisiologi
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap dan impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.
2. Pathways (terlampir)

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis akan ditentukan berdasarkan derajat dari blok AV,
1. Blok AV derajat I
Blok derajat pertama tidak ada konsekuensi hemodinamik pada pasien tetapi harus diliha sebagai indikator terjadinya gangguan sistem konduksi AV. Kondisi ini dapat berkembang menjadi blok AV derajat kedua atau ketiga, irama teratur, umumnya normal antara 60 – 100 denyut permenit, gelombang P normal, Interval PR memanjang, lebih dari 0,20 detik, gelombang QRS komplek normal.
2. Blok AV derajat II mobitz I
Klien yang menunjukkan gejala pada blok AV derajat kedua karena frekuensi ventrikel biasanya adequat. Seringkali ini terjadi sementara dan bila berlanjut ke blok derajat ketiga, pacu jantung pertemuan (junctional) pada frekuensi 40 – 60 denyut/menit biasanya akan mengambil alih pacu ventrikel. Irama tidak teratur, frekuensi normal atau kurang dari 60 denyut permenit, gelombang P normal tetapi ada satu gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS, interval PR makin lama makin panjang sampai ada gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian siklus diulang kembali. Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik).
3. Blok AV derajat II Mobitz II
Blok Mobitz II secara potensial lebih berbahaya daripada Mobitz I. Ini sering terjadi secara permanen, dapat memburuk dengan cepat menjadi blok jantung derajat tiga dengan respon ventrikel yang lambat 20-40 denyut permenit. Irama umumnya tidka teratur, frekuensi lambat kutang dari 60 denyut permenit. Gelombang P normal tetapi ada satu atau lebih yang tidak di ikuti komplek QRS interval PR noral atau memanjang secara konstan. Komplek QRS normal
4. Blok AV derajat III (komplit)
Blok jantung komplit kurang ditoleransi bila pelepasan irama berasal dari ventrikel, biasanya lambat dan tidak dapat dipercaya. Klien dapat tetap asimtomatik bila pelepasan irama mendukung curah jantung normal. Irama teratur, frekuensi kurang dari 60 denyut permenit, gelombang P normal, tetapi gelombang P dan gelombang QRS berdiri sendiri-sendiri sehingga gelombang P kadang di ikuti gel QRS kadang tidak. Interval PR berubah-ubah Komplek QRS normal atau memanjang lebih dari 0,12 detik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya Blok AV sesuai dengan derajatnya
2. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan katup
3. Elektrolit
Peningkatakn atau oenurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.

PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya abstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tambahan misalnya stridor.
b. Breathing : inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas tambahan, seperti ronchi, whezzing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat menyebabkan takipnea dan dispnea
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta adanya perdarahan. Setatur hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability : nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil

2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, Medikasi, Post Illnes, Last meal, dan Event / Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki, dan dapat pula di tambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesisfik seperti foto thorak, dll.

PENATALAKSANAAN
Tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan derajat blok AV, pada blok AV derajat satu tidak ada tindakan yang diindikasikan. Interval PR harus di monitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut. Kemungkinan dari efek obat juga harus di ketahui. Pada blok AV tipe Molitz I juga tidak ada tindakan kecuai menghentikan obat jika ini merupakan agen yang menggangu. Klien harus dipantau terhadap berlanjutnya blok. Pada mobitz II, pemantauan yang konstan dan observasi terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat tiga. Obat-obatan seperti atropin, atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi infark miocard akut pada dinding anterior. Pada blok Av derajat komplit terapi meliputi pemberian atropin atau isoproterenol, dan pacu jantung diperlukan permanen atau sementara.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi listrik jantung
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supali oksigen




INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi listrik jantung
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan curah jantung adequat dengan kriteria hasil ; status hemodinamik dalam batas normal, status mental mental status hemodinamik dalam rentang normal, haluaran urine adequate, balance cairan seimbang, status mental normal, tidak terjadi penurunan kesadaran, nadi teraba sama antara nadi apikal dengan nadi
Intervensi :
· Pantau status hemodinamik secara manual maupun menggunakan BSM
· Catat frekuensi, keteraturan, kekuatan, catat adanya pulse alternal / deficit nadi
· Auskultasi bunyi jantung, catat frkuensi, irama. Catat adanya denyut jantung tambahan (murmus, gallop) dan penurunan nadi.
· kaji keadequatan curah jantung / perfusi jaringan
· Ciptakan lingkungan yang tenang
· Pantau pemeriksaan laboratorium khususnya elektrolit
· Berikan oksigen sesuai indikasi
· Berikan obat antiaritmia sesuai dengan advice
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan :
Klein akan menggunakan mekanisme koping yang efektif dengan kriteria hasil:
· klien rileks tidak tegang
· mengungkapkan perasaannya
· klien mampu istirahat dengan tenang
Intervensi :
· Ciptakan hubungan yang asertif antara perawat dan klien
· Jelaskan lingkungan perawatan kritis, prosedur dan yang lainnya
· Gunakan teknik komunikasi terapeutik
· Dorong pengambilan keputusan berkenaan dengan perawatan
· Berikan sedasi jika diperlukan
· Dorong dukungan keluarga
· Catat respon klien terhadap penyakit
· Lakukan perencanaan penyuluhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai aksigen
Tujuan :
Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas dengan kriteria hasil klien menunjukkan :
· Frekuensi jantung, irama jantung dalam batas normal
· Kulit hangat, warna merah muda
· Melaporkan tidak ada sesak nafas saat aktifitas
· Menunjukkan tanda vitas stabil
Intervensi
· Catat frekuensi, irama jantung, perubahan tekanan darah sebelum, selama dan sesudah aktivitas
· Tinggikan kepala tempat tidur
· Tingkatkan istirahat
· Batasi pengunjung
· Anjurkan klien menghindari peningkatkan tekanan abdomen
· Anjurkan peningkatan bertahap untuk aktivitas
· Kaji ulang tanda-gejala yang menunjukkan klientidak toleran terhadap aktivitas
· Libatkan keluarga untuk membantu KDM klien








BAB III
LAPORAN KASUS

Pengkajian tanggal 20 Januari 2006 (tgl masuk ICCU 19-1-2006)

PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. U
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Wonosobo
No Register : 5223203
Diagnosa medik : Blok AV Grade II
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. M
Umur : 37 tahun
Alamat : Wonosobo
Hubungan dengan klien : Anak klien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasakan nyeri pada perut da terasa panas, indikasi masuk ICCU adalah adanya kemungkinan terjadinya henti jantung.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.U adalah klien rujukan dari RSI Wonosobo, dimana sejak 12 hari SMRS klien merasakan nyeri perut bagian atas terus menerus, namun tidak dijalarkan, badan terasa lemah, dan kepala terasa mubeng, nyeri kepala serta mual dan muntah berupa air, dirasakan sekitar 1 hari SMRS. Klien merasa sulit makan dan BAB. Pasien datang ke UGD RSDK dan di bawa ke ICCU.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi (Hipertensi) dan selalu periksa secara teratur. Riwayat penyakit jantung, DM klien tidak tahu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Jalan nafas bersih dan paten, tidak ada suara nafas tambahan
b. Breathing
Frekuensi nafas 16 x/menit, dengan irama reguler, tidak ada retraksi dinding dada, nafas dalam.
c. Circulation
HR 42 x/menit, TD : 183 / 43 mmHg, nadi teraba kuat di radial, Nadi teratur, suhu : 37 0C. Tidak didapatkan perdarahan, capillary refill > 2 detik
d. Disability
Klien sadar penuh dengan nilai GCS E4M6V5 = 15, pupil isokor, reflek positif.
5. Pengkajian Sekunder
a. Status Hemodinamik
Pengkajian berdasarkan Bed side monitor dengan hasil
TD : 183 / 43 mmHg HR : 42 x/menit
RR : 16 x/menit Suhu : 37 0C
b. Pemeriksaan Fisik
1.) Kepala : bentuk mesochepal, tidak berketombe, kebersihan cukup, rambut tidak rontok.
2.) Mata : konjungtiva palpebra kanan dan kiri tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya kanan kiri positif.
3.) Telinga : tidak ditemukan adanya discharge, kebersihan cukup
4.) Hidung : kebersihan cukup, tidak ada polip, tidak ditemukan adanya perdarahan perhidung (epistaksis)
5.) Mulut : bibir lembab, tidak sianosis, kebersihan cukup, tidak ada caries dentis.
6.) Thorak
a.) Jantung : Pada inspeksi tampak ictus cordis pada SIC VI midclavicula kiri + 2 cm, pada palpasi juga di temukan adanya IC pada SIC VI midclavicula kiri + 2 cm, Perkusi ditemukan adanya suara pekak pada lapang paru, auskultasi menunjukkan adanya bunyi jantung murni I dan II, dengan interval lambat.
b.) Paru : Inspeksi tidak ditemukan adanya retraksi dinding dada, pada palpasi ditemukan pengembangan dada simetris, perkusi menunjukkan pengembangan paru yang simetris dan pada auskultasi di temukan suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi maupun mengi.
7.) Ekstremitas : tidak ditemukan adanya edema pada ekstremitas kanan kiri baik inferior maupun superior.
8.) Pola istirahat tidur
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena khawatir belum ada perubahan kondisi tubuhnya setelah di rawat di RS apalagi harus di rujuk ke Semarang yang jauh dari keluarga.
c. Pemeriksaan penunjang
1.) Lab. Darah tgl 19-1-2006 dengan hasil :

Hasil
Nilai normal
Satuan
Hemoglobin
11,9
12 - 15
gr/dl
Hematokrit
34,3
40 - 48
%
Eritrosit
3,81
4,2 – 5,2
Juta/mmk
MCH
31,10
27 - 32
pg
MCV
90,10
76 - 96
fl
MCHC
34,5
29 - 36
g/dl
Leukosit
8,40
5 - 10
ribu/mmk
Trombosit
308
100 - 400
ribu/mmk
Glukosa Sewaktu
96
80 - 110
mg/dl
Urea
24
15 - 39
mg/dl
Creatinin
0,84
0,60 – 1, 30
mg/dl
Natrium
123
136 - 145
mEq/dl
Kalium
5
3,5 – 5,1
mEq/dl
Clorida
99
98 - 107
mEq/dl
Calsium
2,37
2.12 – 2, 52
mEq/dl
Magnesium
0,69
0,74 – 0,99
mEq/dl
CK-MB
21
0-10
U/l
Partial Prothrombin Time
- Waktu prothrombin
- PPT control


16,7
14,4


10-15
detik
Partial Thromboplastin Time
- Waktu Thromboplastin
- APPT control



120,9
32,5



23,4 – 36,8
detik

2.) Lab. Darah tgl 20-1-2006 dengan hasil :

hasil
normal
satuan
Natrium
132
136 - 145
mEq/dl
Kalium
4,6
3,5 – 5,1
mEq/dl
Clorida
109
98 - 107
mEq/dl

3.) Pemeriksaan EKG tgl 19-1-2006
Hasil ditemukan adanya blok AV, interval PR makin lama makin panjang hingga ada gelombang P yang tidak di ikuti komplek QRS, kemudian siklus diulang kembali, interval PP teratur, interval RR teratur 9 kotak besar.

d. Terapi yang diberikan
Infus Nacl 3 % 20 tts/mnt diberikan sejak pukul 20.00 s/d 05.00 hr 1
Infus RL 20 tts / mnt
Allupent 1 tablet / 8 jam per oral
Efedrin 12,5 mg / 8 jam per oral
Tiklopidin 250 mg / 24 jam per oral
Aspilet 30 mg / 24 jam per oral
ISDN 10 mg / 8 jam per oral
Diazepam 5 mg / 8 jam per oral
Dulcolax II tablet / malam per oral
Adrenalin 0,1 mg/menit Syring Pump
Heparin bolus 500 unit, selanjutnya 1000 U/jam
Rencana TPM (Temporary Pace Maker)


ANALISA DATA
No
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1
Ds:
Klien merasa gemetar, lemes, kepala pusing, seperti mubeng
Do:
- HR : 42 x/ menit
- RR : 16 x/menit
- TD : 183 / 43 mmHg
- Sa02 : 100%
- Pada gambaran EKG ditemukan gambaran Blok AV
- Klien terlihat lemah
- Hb : 11,9 gr/dl
- Na : 123 mEq/dl
- K : 5 mEq/dl
- Cl : 99 mEq/dl
- Ca : 2,37 mEq/l
- CK – MB : 21 mEq.dl
Perubahan curah jantung
Ketidakstabilan listrik jantung yang mempengaruhi frekuensi, irama dan konduksi jantung
2
Ds:
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena memikirkan penyakitnya, klien khawatir karena belum ada perubahan pada kondisinya
Do:
TD : 183 / 43 mmHg
HR : 42 x/mnt
RR : 16 x/menit
Ekspresi wajah tegang
cemas
Penyakit jantung yang mengancam hidup yang memerlukan pacu jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS
1. Perubahan curah jantung berhubungan dengan ketidakstabilan listrik jantung yang mempengaruhi frekuensi, irama dan konduksi jantung.
2. Cemas berhubungan dengan penyakit jantung yang mengancam hidup yang memerlukan pacu jantung

RENCANA KEPERAWATAN
No DP
Tujuan
Intervensi
1
Mempertahankan atau meningkatkan curah jantung adequat dengan kriteria hasil :
- status hemodinamik dalam rentang normal atau stabil
- haluaran urine adequate, balance cairan seimbang
- status mental normal, tidak terjadi penurunan kesadaran
- nadi teraba sama antara nadi apikal dengan nadi perifer
1. Pantau status hemodinamik secara manual maupun menggunakan BSM
2. Catat frekuensi, keteraturan, kekuatan, catat adanya pulse alternal / deficit nadi
3. Auskultasi bunyi jantung, catat frkuensi, irama. Catat adanya denyut jantung tambahan (murmus, gallop) dan penurunan nadi.
4. kaji keadequatan curah jantung / perfusi jaringan
5. Ciptakan lingkungan yang tenang
6. Pantau pemeriksaan laboratorium khususnya elektrolit
7. Berikan oksigen sesuai indikasi
8. Berikan obat antiaritmia sesuai dengan advice
2
Klein akan menggunakan mekanisme koping yang efektif dengan kriteria hasil:
- klien rileks tidak tegang
- mengungkapkan perasaannya
- klien mampu istirahat dengan tenang
1. Ciptakan hubungan yang asertif antara perawat dan klien
2. Jelaskan lingkungan perawatan kritis, prosedur dan yang lainnya
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
4. Dorong pengambilan keputusan berkenaan dengan perawatan
5. Berikan sedasi jika diperlukan
6. Dorong dukungan keluarga
7. Catat respon klien terhadap penyakit
8. Lakukan perencanaan penyuluhan

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari I Jum’at 20 januari 2006
No DP
Tgl/ Waktu
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
1











2
07.45
1. Mengkaji dan memantau status hemodinamik
2. Mencatat hasil nadi perifer, kekuatan dan irama
3. Mengauskultasi bunyi jantung
4. Memberikan oksigen tambahan dengan binasal kanul 2 liter/menit
5. Menkaji status metal
6. Menjelaskan lingkungan perawatan kritis, prosedur dan yang lainnya
7. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
S : Klien mengatakan masih terasa lemas, gemetar
O : TD : 177/36 mmHg, HR : 46 x/menit, MAP : 69, RR : 18 x/menit, balanca cairan +49,1; GCS E4M6V5, kesadaran komposmentis, Nadi teraba kuat di radial.
A: Tujuan yang telah di tetapkan dapat dicapai, masalah masih ada
P: Lanjutkan intervensi untuk memantau status hemodinamik tiap jam, dan berikan pengobatan sesuai dengan advice, pemantauan EKG tiap hari sekali, berikan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai penyakit yang sedang di alaminya.
1






2
08.00
1. Membantu klien makan
2. Memberikan obat kepada klien Allupent i tablet, Efedrin 12,5 mg, ISDN 10 mg
3. Memantau Status Hemodinamik
4. Menciptakan hubungan yang asertif selama hubungan dengan klien
2
0815
1. Menganjurkan keluarga untuk memberikan support atau dukungan kepada klien
1
08.40
1. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan membatasi pengunjung
2. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan elektrolit
3. Melakukan perekaman EKG 12 lead
2
09.25
1. Mencatat respon klien terhadap penyakitnya
2. Merencanakan kontrak dengan klien untuk melakukan diskusi mengenai penyakitnya
1
10.00
1. Melakukan monitor status hemodinamik
2. Memantau haluaran urine
3. Mengjaki status mental
1
11.00
1. Memantau status hemodinamik
2. Melakukan pengkajian bunyi jantung tambahan
3. Menciptakan hubungan asertif perawat – klien
1
13.00
Memantau status hemodinamik
Menghitung balance cairan




Hari II Sabtu 22 Januari 2006

No DP
Tgl/ Waktu
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
1









2
07.25
1. Pemeriksaan fisik
2. Mengkaji dan memantau status hemodinamik
3. Mencatat hasil nadi perifer, kekuatan dan irama
4. Mendengarkan bunyi jantung tambahan
5. Menkaji status metal
6. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
S : Klien mengatakan masih terasa lemas, gemetar
O : TD : 173/53 mmHg, HR : 45 x/menit, MAP : 79, RR : 20 x/menit, balanca cairan + 35,8 cc; GCS E4M6V5, kesadaran komposmentis, Nadi teraba kuat di radial, masih ditemukan adanya blok AV pada hasil perekaman EKG, akral hangat, capillary reffil kurang dari 2 detik.
A: Tujuan yang telah di tetapkan dapat dicapai, masalah masih ada, baik masalah kecemasan klien maupun perubahan curah jantung
P: Lanjutkan intervensi untuk memantau status hemodinamik tiap jam, dan berikan pengobatan sesuai dengan advice, pemantauan EKG tiap hari sekali.
1










2
08.00
1. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien makan
2. Mancatat pemasukan makanan klien
3. Memberikan obat kepada klien Allupent 1 tablet, Efedrin 12,5 mg, ISDN 10 mg
5. Memantau Status Hemodinamik
6. Menciptakan hubungan yang asertif selama hubungan dengan klien
1

2
09.00
1. Memantau status hemodinamik klien
2. Mendiskusikan kepada klien dan keluarga mengenai perkembangan kondisi klien
1
09.15
1. Melakukan perekaman EKG 12 lead
2
09.25
1. Mencatat respon klien terhadap penyakitnya
1
10.00
1. Melakukan monitor status hemodinamik
4. Memantau haluaran urine
5. Mengkaji status mental
1
11.00
4. Memantau status hemodinamik
5. Melakukan pengkajian bunyi jantung tambahan
6. Menciptakan hubungan asertif perawat – klien
1
13.00
Memantau status hemodinamik
Menghitung balance cairan




















DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall., Buku saku diagnosa keperawatan; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. –Ed. 8. –Jakarta : EGC, 2000.
Doenges, Marylin E., Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. Jakarta : EGC, 1999
-----------------------------., Advanced trauma life support : Komisi Trauma IKABI, 1997
Hudak, carolyn M., Keperawatan kritis: pendekatan holistik; alih bahasa, Allenidekania, Betty Susanto, Tesea, yasmin Asih; editor, Monica Ester. –Jakarta : EGC, 1997.
Price, Sylvia Anderson., Patofisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit; alih bahasa, Peter Anugerah; editor, Caroline Wijaya. –Ed. 4. –Jakarta : EGC, 1995.
Staf pengajar bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Penatalaksanaan pasien di intensive care unit; editor Muhardi Muhiman. –Jakarta : FKUI
Smeltzer, Suzanne C., Buku ajar; keperawatan medikal-bedah brunner & suddart; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Ellen Panggabean. –Ed. 8. –Jakarta : EGC, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar